Nama :
Yanita Permata Sari
NPM :
28210594
Kelas :
4EB18
1. Jelaskan bagaimana audit social independen dan mekanisme
perlindungan formal dapat mendorong perilaku etis?
Audit
Sosial Independen
Audit
social independen yang mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen berdasarkan
kode etik perusahaan, meningkatkan kemungkinan rasa takut terungkap. Audit itu
dapat berupa evaluasi rutin yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Mekanisme
Perlindungan Formal
Organisasi
disarankan menyediakan mekanisme formal untuk melindungi karyawan yang
mengalami dilema etis agar mereka dapat melakukan hal yang benar tanpa
merasakan takut akan dipermalukan di depan umum.
2. Jelaskan tahapan pengembangan moral Lawrence Kohlberg?
Dalam
penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam
seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam
tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan
menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas 2 “tahap”.
ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional,konvensional dan pasca-konvensional.
Tahap prakonvensional sering
kali berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik
dan buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman,
ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan
peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini
biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
Tingkat
kedua atau tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai
tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin terlalu sempit. Pada tingkat
ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan
dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat
yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan
tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan
tatanan sosial itu.
Tingkat pasca-konvensional dicirikan
oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang
memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau
pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si
individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat
ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral
yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok
atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.
Pada tingkat prakonvensional kita
menemukan:
Tahap I
Orientasi hukuman dan
kepatuhan: Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak dipersoalkan
terhadap kekuasan yang lebih tinggi. Akibat fisik tindakan, terlepas arti atau
nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan sifat buruk dari tindakan ini.
Tahap 2
Orientasi
relativis-intrumental: Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara
instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang kebutuhan
orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti hubungan di tempat umum. Terdapat
unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan pembagian, akan tetapi
semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal-balik adalah
soal ”Jika anda menggaruk punggungku, nanti aku akan menggaruk punggungmu”, dan
ini bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih atau keadilan.
Pada tingkat konvensional kita
menemukan:
Tahap 3
Orientasi kesepakatan
antara pribadi atau Orientasi ”Anak manis”: Orientasi ”anak manis”. Perilaku
yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain, dan yang
disetujui oleh mereka. Terdapat banyak konformitas dengan gambaran-gambaran
stereotip mengenai apa yang diangap tingkah laku mayoritas atau tingkah laku
yang ’wajar’. Perilaku kerap kali dinilai menurut niat, ungkapan ”ia bermaksud
baik” untuk pertama kalinya menjadi penting dan digunakan secara
berlebih-lebihan. Orang mencari persetujuan dengan berperilaku ”baik”.
Tahap 4
Orientasi hukum dan ketertiban:
Orientasi kepada otoritas, peraturan yang pasti dan pemeliharaan tata aturan
sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa
hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi
tata aturan itu sendiri. Orang mendapatan rasa hormat dengan berperilaku
menurut kewajibannya.
Pada tingkat pasca-konvensional kita
melihat:
Tahap 5
Orientasi kontrak
sosial legalistis: Suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada dasar
legalistis dan utilitarian. Perbuatan yang benar cenderung didefinisikan dari
segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan
disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat suatu kesadaran yang jelas
mengenai relativisme nilai-nilai dan pendapat-pedapat pribadi serta suatu
tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. terlepas dari apa
yang disepakati secara konstitusional dan demokratis, yang benar dan yang salah
merupakan soal ”nilai” dan ”pendapat” pribadi. hasilnya adalah suatu tekanan
atas ”sudut pandangan legal”, tetapi dengan menggarisbawahi kemungkinan perubahan hukum
berdasarkan pertimbangan rasional mengenai kegunaan sodial dan bukan membuatnya
beku dalam kerangka ”hukum dan ketertiban” seperti pada gaya tahap 4. Di luar
bidang legal, persetujuan dan kontrak bebas merupakan unsur-unsur pengikat
unsur-unsur kewajiban. Inilah moralitas ”resmi” pemerintahan Amerika Serikat
dan mendapatkan dasar alasannya dalam pemikiran para penyusun Undang-Undang.
Tahap 6
Orientasi Prinsip Etika
Universal: Orientasi pada keputusan suara hati dan pada prinsip-prinsip etis
yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis, menyeluruh,
universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis
(kaidah emas, kategoris imperatif). Prinsip-prinsip itu adalah prinsip-prinsip
universal mengenai keadilan, timbal-balik, dan persamaan hak asasi manusia,
serta rasa hormat terhadap martabat manusia sebai person individual.
3. Jelaskan pendekatan “wortel dan tongkat” atau the carrot and
stick concept!
Teori wortel dan tongkat tentang motivasi (seperti teori
fisika Newton) berlaku dengan baik di bawah situasi tertentu. Alat pemuas
kebutuhan psikologi manusia dan dalam batas tertentu kebutuhan keamanan dapat
disediakan atau tidak diberikan oleh manajemen. Pekerjaan itu juga merupakan
alat demikian juga uaph kerja, kondisi kerja dan keuntungan. Dengan alat-alat
tersebut individu dapat dikendalikan selama dia berusaha untuk mencari nafkah.
Tetapi teori wortel dan tongkat tidak berlaku sekaligus
jika seseorang telah mencapai level penghidupan yang cukup dan termotivasi akan
kebutuhan pada level yang lebih tinggi. Manajemen tidak dapat menyedia kanrasa
hormat pada diri untuk seseorang, atau rasa hormat dari kelompoknya atau
pemuasan kebutuhan akan pemenuhan diri. Ini dapat menciptakan suatu kondisi
dimana dia didorong untuk mencari pemuasan bagi dirinya sendiri atau ini dapat
menghalanginya dengan gagalnya terciptanya kondisi itu.
Tetapi penciptaan kondisi tersebut bukanlah kendali. Ini
bukanlah alat yang bagus untuk mengarahkan perilaku. Dan sehingga
manajemen menemukan dirinya pada posisi yang ganjil. Standar kehidupan tinggi
yang diciptakan oleh teknologi modern menyediakan pemenuhan kebutuhan psikologi
dan kebutuhan keamanan secara mencukupi. Pengecualian yang cukup signifikan
adalah dimana praktek manajemen tidak dapat menciptakan kepercayaan diri dan
maka dari itu kebutuhan keamanan terhalangi. Tetapi dengan membuat pemuasan
yang memungkinkan akan kebutuhan level rendah, manajemen menghalangi dirinya
sendiri terhadap kemampuan untuk menggunakan hal-hal yang dipercaya oleh teori
konvensional penghargaan, janji, insentif atau ancaman dan alat pemaksa lainnya
sebagai motivator.
Filosofi manajemen tentang arahan
dan kendali dengan mengabaikan keras atau lemahnya tidaklah cukupuntuk
memotivasi karena kebutuhan manusia yang menggunakan pendekatan ini sekarang
menjadi motivator perilaku yang tidak penting. Arahan dan kendali menjadi tidak
berfungsi dalam memotivasi orang-orang yang kebutuhan pentingnya adalah
kebutuhan sosial dan egoistis. Pendekatan keras maupun lemah gagal karena tidak
lagi relevan dengan situasi sekarang.
Orang-orang yang kehilangan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan yang penting bagi diri mereka di tempat
kerja berlaku tepat seperti yang diperkirakan dengan kemalasan, sikap pasif
tidak mau berubah, kurang bertanggung jawab, kemauan mengikuti peminpin,
permintaan tak beralasan akan keuntungan ekonomis. Hal ini akan membuat kita
terlihat terjebak dalam jaring yang kita buat sendiri.
4. Carilah beberapa contoh perilaku tidak etis minimal 5!
a. Penjualan
produk yang sudah kadarluasa
b. Penipuan
produk yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan
c. Menutupi
pekerjaan yang tidak beres hanya demi uang
d. Memakai
uang perusahaan untuk kepentingan pribadi
e. Memakai
fasilitas Negara untuk pekerjaan illegal
5. Apa yang dimaksud dengan :
a. Penyimpangan ditempat kerja
Penyimpangan di tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang
melanggar norma-norma organisasi mengenai benar atau salah.
b. Penyimpangan hak milik
Perilaku
tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau
merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan
mengambil kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan
lain.
c. Penyimpangan politik
Yaitu menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang
lain dalam perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih
dan bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang
lain atas kesalahan yang tidak dibuat.
d. Penyimpangan produksi
Perilaku
tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang
lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja
membuang-buang sumber daya.
0 komentar:
Posting Komentar